PALI-samudraekpress.com|| Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) kembali jadi sorotan panas di Kabupaten Penukal Abab Lematang Ilir (PALI). Sebuah video yang beredar di media sosial memperlihatkan menu MBG berupa bakso berbau busuk. Peristiwa ini terjadi di Pondok Pesantren Mambaul Hikmah PALI.
Pihak ponpes langsung mengambil langkah tegas: makanan ditolak dan dikembalikan sebelum sempat disantap santri dan santriwati. Keputusan cepat ini menyelamatkan puluhan anak dari potensi keracunan massal.
Yang membuat publik naik pitam, ini bukan kali pertama. Beberapa waktu lalu, PALI diguncang kasus serupa yang menelan ratusan korban keracunan. Bukannya jadi pelajaran, insiden berulang membuktikan bahwa pengawasan pemerintah daerah masih lemah dan nyaris tak berubah.
“Ini bukan masalah sepele. Kalau dulu sudah ada ratusan korban, seharusnya kejadian itu jadi alarm keras. Jangan berdalih ini program pusat. Pemerintah daerah wajib mengawasi dan menjamin makanan yang diterima anak-anak benar-benar aman,” tegas salah satu tokoh masyarakat PALI.
Kepala Dinas Kesehatan PALI, Muhamad Kazrin Faruk, SKM, MM, turun langsung ke lapangan untuk mengecek dapur penyedia MBG yang berada di kawasan KM 10. Sayangnya, bukannya memberikan klarifikasi, Kadinkes justru memilih bungkam.
Saat awak media mencoba meminta tanggapan, ia menolak memberi komentar dan langsung masuk ke mobil meninggalkan lokasi. Sikap diam itu menuai kritik keras. Publik menilai pejabat seharusnya memberikan jawaban, bukan menghindar.
Program MBG sejatinya diluncurkan untuk meningkatkan kualitas gizi anak-anak. Namun kenyataannya, implementasi di lapangan jauh panggang dari api. Alih-alih menyehatkan, makanan yang diberikan justru bisa membahayakan kesehatan.
Sikap pemerintah yang berulang kali berdalih “ini program pusat” juga tidak lagi bisa diterima. Apapun sumber anggarannya, distribusi dan pengawasan tetap berada di tangan pemerintah daerah. Publik menuntut agar Pemkab PALI berhenti lempar tanggung jawab.Zul*
